Rotasi.id – Banyaknya tanaman kemiri mendorong petani hutan di Desa Banjaran, Padang Cermin, Pesawaran, untuk meningkatkan manfaat dan menambah nilai ekonominya.
Salah satunya dengan mengubah biji Kemiri (Aleurites moluccanus) menjadi bahan sabun, shampo dan Arang Briket.
Kepala Dusun Pujo Raharjo, Maryadi mengatakan, ada 113 KK di Dusun Pujo Raharjo. Dan setiap KK memiliki minimal satu pohon kemiri.
“Selama ini kami menjual biji kemirinya saja, tidak memperhitungkan produk turunannya. Padahal dari bijinya kita bisa mengolah lebih lanjut menjadi minyak. Dan minyak kemiri bisa menjadi salah satu bahan untuk pembuatan sabun mandi,” Kata Maryadi di Dusun Pujo Makmur, Kamis (19/02/2023).
“Karena kami hanya menjual biji kemiri, otomatis ada banyak sekali limbah cangkang kemiri di sini. Dan ternyata limbah kulit kemiri ini bisa dimanfaatkan menjadi arang,” ujarnya.
Menurutnya, petani hutan harus bisa meningkatkan manfaat dan nilai ekonomi dari HHBK.
Untuk itu, dirinya bersama Gabungan Kelompok Tani Hutan (Gapoktanhut) Pujo Makmur, mengadakan pelatihan cara membuat sabun dan shampo dari minyak kemiri serta arang briket dari kulit kemiri.
“Alhamdulillah ada kawan-kawan mahasiswa ITERA yang sedang KKN di desa kami. Mereka memiliki pengetahuan cara membuat sabun dan shampo dari minyak kemiri dan arang briket dari kulit kemiri.”
“Kawan-kawan mahasiswa ITERA juga antusias mengajarkan cara-caranya kepada kelompok tani hutan kami, termasuk ibu-ibu di sini. Caranya sangat mudah dan bahan-bahannya melimpah di sini.”
Maryadi mengungkapkan, kelompoknya tidak muluk-muluk akan segera mendapat untung dari pembuatan sabun dan arang briket ini. Untuk sementara sabun, shampo dan arang briket masih digunakan untuk kebutuhan sehari-hari di dusun dan desa Banjaran umumnya.
Menurut Maryadi, petani hutan di Desa Banjaran mau menerima dulu pentingnya hilirisasi produk kemiri. Petani hutan harus bisa menjaga semangat dan berlanjut mengolah HHBK yang sudah ada menjadi produk turunan lain dan terus meningkatkan kualitasnya.
“Alasan petani hutan di sini terus berinovasi adalah karena kami sangat mencintai lingkungan dan lahan yang kami kelola. Lahan di sini milik negara dan kami diperbolehkan mengelolanya dengan skema hutan kemasyarakatan. Kami semua harus sama-sama menjaga agar tajuk tanaman agroforestri yang sudah ada di sini bisa terus lestari,” kata dia.
“Bisa saja ada kendala gagal panen karena cuaca atau hama dan lainnya. Agar anggota kami tidak menebang tanaman MPTS yang sudah ada dan sudah bagus di sini, kami harus terus berupaya memaksimalkan HHBK yang ada dengan melakukan hilirisasi produk.” lanjut dia.
Sementara itu Sekretaris Desa Banjaran, Asrul Sani mengatakan, pihak desa sangat bersyukur dengan adanya kolaborasi antara Gapoktanhut Pujo Makmur dan mahasiswa KKN dari Itera.
“Ini permintaan dari ketua dan anggota Gapoktanhut Pujo Makmur. Setelah mendiskusikan apa yang mereka hasilkan dari hutan register 20 dan apa yang kawan-kawan mahasiswa bisa berikan. Sehingga terselenggaralah acara pelatihan ini,” ungkapnya di sela-sela acara pelatihan di Dusun Pujo Makmur.
“Sejak tahun lalu anggota Gapoktanhut Pujo Makmur sudah mulai memproduksi minyak kemiri dan masih berjalan sampai sekarang. Alhamdulillah sekarang mereka sudah memikirkan menghasilak produk turunan lainnya dari kemiri,” kata Asrul Sani.
Senada dengan Maryadi, Asrul Sani juga mengatakan produk-produk baru ini mungkin masih akan digunakan sendiri oleh masyarakat desa.
“Kita lihat bersama kedepannya. Untuk sabun dan shampo kami masih perlu meningkatkan kualitasnya agar layak jual. Sedangkan arang briket dari tempurung kemiri saya sakin sudah ada peminatnya,” kata Asrul Sani.
“Yang terpenting petani hutan di Desa Banjaran Pesawaran ini terus semangat berkreasi dengan HHBK dari agroforestri di kawasan hutan register 20 ini.” Pungkasnya.
Tulisan : Yopie Pangkey
Comment